Cat-Calling yang bikin pusing!

by - December 28, 2019

"Kesetaraan gender" 


Berulang kali kalimat itu terdengar, entah apakah sudah ada aksi nyata ataupun tidak, aku masih mencoba mencari tahu dan berharap bahwa kesetaraan gender itu bukan hanya isu semata yang digoreng hanya pada saat-saat tertentu. 

Sebagai kaum marginal yang sering mendapat perlakuan diskriminatif di lingkungan masyarakat, tentu kampanye kesetaraan gender ini terasa seperti harapan baru tetapi juga bisa hanya menjadi ilusi. Melihat realita sekarang, kesetaraan gender hanya berfokus pada mendapatkan perlakuan yang sama dalam hal pekerjaan, kesempatan dsb. Namun untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hal kedudukan di masyarakat masih jauh dari harapan kampanye tersebut.

Dalam hal terkecil seperti dihargai misalnya, kaum wanita ini sangat sulit untuk mendapatkannya sebagaimana kaum lelaki biasa dapatkan. Dan kebebasan yang kaum lelaki terima, tidak bisa dengan mudah wanita dapatkan. Sebut saja, kebebasan di ruang publik. Di saat laki-laki bisa dengan santai duduk di pinggiran taman kota sambil menikmati senja, sayangnya kaum hawa tidak bisa lakukan hal yang sama. Pun kalaupun mereka bisa, yang ada mereka malah bisa disiulin atau bahkan disamperin abang-abang yang datang dari entah berantah.

Sendirian aja neng? Mau abang temenin?
Duh cantik-cantik kok sendirian

Gitulah kira-kira kalimat yang biasa mereka lontarkan. Dan menurut dari tirto.id, siulan atau komentar seperti itu termasuk dalam pelecehan verbal, entah cuman cat-calling ataupun street harassment lainnya.

Di lingkungan kita, hal seperti ini malah dianggap lumrah dan biasa saja. Ketika ada abang-abang negur kita di jalan, "pit puwitt, neng cantik" misalnya. Kita malah disuruh ngga usah menggubris perihal tersebut, dan malah disuruh pura-pura ngga dengar. Nyatanya cat-calling yang biasa kita dapatkan ini bahaya dan bertendensi seksual. Please aware kalau kita ini dilecehkan, bukan diperhatikan. Komentar mereka bukan tanda atau salah satu contoh dari basa-basi ataupun perhatian, melainkan godaan. 

Cat-calling itu bahaya dan kalau dibiarkan akan membatasi ruang gerak perempuan itu sendiri. Kaum perempuan ini perlahan akan merasa enggan, takut, dan risih kalau berada diluar zonanya. Perasaan takut akan digodain, disamperin dll akan menghantui pikiran perempuan setiap pergi kesuatu tempat. Sayangnya, di Indonesia sendiri aku masih belum menemukan hukum yang mengatur tentang cat-calling atau jenis pelecehan verbal. Sedangkan untuk pelecehan yang menjurus pada kekerasan dll sudah mempunyai payung hukum. Sehingga mungkin, untuk sebagian orang menjadi diam dan pura-pura tidak mendengar adalah cara untuk lepas dari gangguan tersebut.

Bahkan untuk beberapa kasus nyata yang kutemui, beberapa perempuan hanya menghindar dan terus seperti itu hingga aku merasa kalau "menjadi diam" adalah salah. Si catcaller diluar sana akan terus melancarkan aksinya ketika ngga ada yang melawan. Mereka akan terus merasa sebagai penguasa dan ras superior ketika bisa merendahkan perempuan dengan cara seperti itu. Kita sebagai perempuan harus ikut andil dalam melawan cat-calling yang ada diluar sana. Kita harus berani untuk menegur pelaku terlebih dahulu supaya mereka tidak bisa semena-mena dengan kita, dan bukannya menjadi diam. Ketika kita memilih untuk tidak mengambil tindakan, maka akan ada 1-100 orang selanjutnya yang akan dilecehkan lagi oleh para manusia bumi yang ngga bertanggung jawab.

Jangan merasa bahwa menjadi orang sebodo amat dengan lingkungan adalah benar. Ya mungkin saja itu menyelamatkan kita secara pribadi, tapi mungkin kita membuat adik, saudara, atau tetangga kita dalam bahaya. Pelecehan fisik bisa berawal dari pelecehan verbal yang dibiarkan. 

Kesetaraan gender bukan hanya tentang karena laki-laki bisa jadi presiden maka aku juga, tetapi lebih daripada itu. Kesetaraan gender juga meliputi kesetaraan mendapatkan kenyamanan, dihargai di lingkungan masyarakat tanpa merasa didiskriminasi apalagi tertinggal. 

You May Also Like

0 comments

Notes ~

The more you love, the more you suffer (V. V. Gogh)

Report Abuse