Baru-baru ini salah satu video dari story teman mengingatkanku pada momen tertentu secara spesifik. Saat itu komentarnya singkat, "Bismillah, memantaskan diri", begitu ujarnya.
Mungkin ini sudah berlalu bertahun-tahun, tapi rasanya baru saja aku terlepas dari harapan bodoh yang sangat keliru tentang memantaskan diri ini. Sebuah doktrin - atau apapun itu - yang mengatakan bahwa "untuk mendapatkan jodoh yang baik, maka kita harus baik pula. Kita harus berusaha untuk setara dengannya agar pantas bersanding". Aku tidak tahu kalimat yang pernah kalian dengar itu versi yang mana lagi, karena aku yakin, hal ini sudah digaungkan tidak hanya disatu tempat saja. Namun secara pemaknaan, kita mendapat benang merah yang sama - aku rasa.
Oleh karena doktrin seperti itu, aku menjadi buta logika. Yang aku permasalahkan bukan bagaimana hal ini mengantarkan aku pada ketaatan tapi pada kenyataan dimana aku mengejar Tuhan hanya untuk mendapatkan seseorang. Pemaknaan akan menyembah itu hanya dibatasi oleh keinginan dunia dan mungkin juga syahwat. Menyedihkan, bagaimana doktrin tadi membuatku lupa makna sesungguhnya dari beribadah dan ketundukan murni kepada Tuhan.
Tentu saja aku tidak menyalahkan kalimat tersebut - yang mungkin saja maksudnya baik - hanya saja harusnya aku tidak mengartikannya seperti itu. Niat yang begitu keliru, pantaslah aku tidak diantarkan pada hal yang aku inginkan. Aku bersholawat demi mendapat kesenangan dunia, aku sujud tapi hati dan pikiran melaut pada hal lain.
Memantaskan diri, alasannya. Aku memperbaiki ibadah agar Tuhan mengabulkan inginku (tentang orang itu), aku memadatkan jadwal kajian agar ilmuku bisa setara dengannya. Menyedihkan sekaligus bodoh. Mungkin inilah alasan kenapa Tuhan memutuskan semuanya, aku terlalu rakus akan mimpi sampai lupa hakikat dari sembah sujud itu. Harusnya aku bisa berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan tanpa harapan duniawi dibelakangny. Karena bagaimanapun, ketika kita sudah mendapatkan cinta Tuhan, semua hal baik tentu akan datang pada kita. Sialnya, yang aku telan dulu malah sebaliknya. Aku menggoda Tuhan untuk bisa meluluhkan manusia lain.