Namun apakah kenyataan itu benar adanya? Apa kita sebagai manusia mampu membagi rata kasih sayang? Apa anak kesayangan itu selalu berhubungan dengan rasa sayang yang dilebihkan daripada yang lain? Apakah favoritism itu normal? Dan apa sebenarnya favorite child ini?
Setuju atau tidak, anak favorit itu memang ada di dalam sebuah keluarga dan mereka hanya tidak mau mengakuinya karena tidak ingin anak-anaknya ada yang sakit hati atau mereka hanya tidak menyadari mereka "punya" anak favorit. Tapi percaya atau tidak setiap anak ini menyadari hal tersebut.
Hal ini dibenarkan oleh Ellen Weber Libby, seorang penulis buku The Favorite Child yang mengatakan bahwa meskipun banyak dialami orang-orang, soal anak favorit orang tua memang tergolong tabu untuk dibicarakan. Dan jika kita sebagai seorang anak mengungkit masalah ini mungkin akan terjadi perperangan baik antar orang tua maupun antar saudara yang dapat dampak buruk jangka panjang kedepannya.
Temuan - Temuan
Menurut Journal of Family Psychology menemukan bahwa sebanyak 74% ibu dan 70% ayah melaporkan perlakuan istimewa terhadap satu anak. Dan dalam Journal of Marriage and Family pada
tahun 2016 mengungkapkan bahwa 75% ibu mengakui bahwa mereka lebih
dekat dengan salah satu dari beberapa anaknya. Yang mana hal ini
menunjukkan bahwa orang tua hanya tidak mengakui (menyangkal) atau sadar akan hal
ini. Clinical psychologist Alexander Bingham, PhD, says real research backs up the notion that parents prefer one kid.
Dalam keterangan lain bagi orang tua yang secara terang-terangan mengakui mengenai anak favorit ini mengatakan bahwa itu adalah anak bungsu mereka (56%). Dan dari kakek-nenek yang juga ikut serta dalam survei ini menunjukkan sebanyak 42% mengakui mempunyai cucu favorit dan 39% dari mereka mengatakan itu adalah cucu tertua mereka. Laurie Kramer, PhD (Clinical Psychologist) menunjukkan bukti favoritisme sistematis atas dasar urutan kelahiran dan jenis kelamin. Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa ayah lebih cenderung menyukai anak perempuan dan orang tua sulung lebih cenderung menyukai anak sulung mereka. Dan semakin berbeda kepribadian anak-anak juga menyebabkan perbedaan dalam perlakuan yang diberikan oleh orang tua
Sebuah riset yang dilakukan oleh Professor Katherine Conger terhadap 384 keluarga yang memiliki anak-anak dengan jarak umur 4 tahun ini menunjukkan bahwa anak sulung percaya bahwa mereka adalah anak yang lebih disukai karena mereka lebih dewasa dan lebih lama bersama-sama dengan orang tuanya sehingga sering berinteraksi. Namun secara umum setiap anak ini percaya bahwa perlakuan yang mereka dapatkan dari kedua orang tuanya tidaklah sama dalam artian mereka merasa kalau saudaranya diperlakukan lebih baik darinya.
Dalam sebuah studi lain para peneliti bertanya pada orang dewasa apakah ibunya punya anak favorit ketika masih kecil dan hampir 85% responden ini menjawab iya, sehingga melihat dari persentase ini tidak bisa dipungkiri lagi keberadaan anak favorit didalam sebuah keluarga itu memang benar adanya. Para orang tua memperlakukan anak kembar identitik (kesamaan DNA 100%) lebih setara daripada ketika mereka merawat kembar non-identitk (kesamaan DNA 50%).
Sebagai seorang anak pertama yang mempunyai banyak adik, tentu aku bisa melihat dan mengamati tentang perbedaan dan persamaan bagaimana kedua orang tuaku mendidik kami. Secara naluri kita akan mulai membandingkan berdasarkan informasi yang kita dapat. Setiap orang tua ini terus tumbuh dengan pengetahuan yang terus bertambah sehingga memungkinkan untuk perbaikan pola asuh terhadap anak ini bisa terjadi.
Apa kalian pernah merasa kalian kurang diperhatikan oleh kedua orang tua kalian (at some point)?
Apa kalian sering dibandingkan dengan saudara kandung yang lain bahkan dalam beberapa tahap sudah sangat menyakiti perasaan kalian?
Apa kalian merasa orang tua kalian bersikap adil dengan menerapkan apa yang diterapkannya pada kalian juga diterapkan dengan baik kepada adik/kakak kalian?
Apa kalian pernah merasa orang tua kalian lebih perhatian kepada salah satu saudara kalian?
Apa kalian pernah menyadari bahkan untuk hal-hal terkecil seperti melihat perbedaan dari reaksi kedua orang tua kalian saat kalian sakit atau sedih dengan reaksi mereka terhadap anak-anaknya yang lain?
Apa kalian mengakui ada anak yang lebih diistimewakan didalam keluarga dengan apapun alasannya?
Aku cuman mau bilang kalau itu sangat normal untuk dirasakan seorang anak dan setiap anak merasakan hal itu paling tidak satu kali dalam seumur hidupnya. Tapi bukan berarti orang tua kita tidak menyayangi kita, karena menurut penelitian bahwa favoritisme ini tidak ada hubungannya dengan lebih mencintai satu anak seperti yang disampaikan oleh Sherri Gordon selaku seorang pakar pengasuhan anak yang mengatakan bahwa "biasanya anak favorit tidak ada hubungannya dengan mencintai satu anak lebih dari yang lainnya melainkan didasarkan pada bagaimana kepribadian orang tua selaras dengan kepribadian anak. Meski orang tua mengenali kondisi ini tapi biasanya mereka enggan mengakui karena takut menyakiti perasaan anak lainnya."
Lalu apa penyebab sampai ada anak favorit didalam sebuah keluarga ini?
Penyebab
Mengutip dari Dr. Bingham, favoritisme ini terjadi karena alasan yang sama pada semua manusia ketika menyukai orang-orang tertentu dan alasan tersebut cenderung jatuh kedalam salah satu dari dua kelompok yaitu Neurotic dan Healthy.
Neurotic need in psychoanalytic theory is an excessive drive or demand that may arise out of the strategies individuals use to defend themselves against basic anxiety. Atau sesuatu yang dikembangkan seseorang untuk melindungi diri mereka sendiri. Dalam kutipan Dr. Bingham mengatakan bahwa "For neurotic reasons, any person will like or favor people who pander to their neurotic needs and dislike people who do not do so". Dan berarti bahwa orang tua ini akan menyukai anak yang mampu memenuhi kebutuhan neurotik mereka (ada 10 kebutuhan neurotik). Dan hal seperti ini menjadi tidak sehat jika ketika anak tidak melakukan atau memenuhi neurotic need tersebut lalu mereka tidak disukai oleh kedua orangtuanya.
Dalam penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Marriage and Family mengungkapkan sejumlah faktor tambahan yang dapat memberikan kontribusi pada orang tua dan ini termasuk perihal kedekatan hubungan mereka dengan anak itu serta sudah sejauh mana nilai-nilai anak itu selaras dengan nilai-nilai yang mereka anut, betapa bangganya mereka terhadap anak itu dan banyak lagi.
Bahkan dari beberapa kasus juga menunjukkan masalah anak favorit ini juga disebabkan oleh orang tua merasa melihat diri mereka didalam anak tersebut sehingga lebih memberikan perhatian kepadanya. Begitu pula misalnya ketika kakek-nenek begitu dekat dengan salah satu cucunya daripada yang lain, hal ini bisa tergantung pada tingkat kedekatan kakek-nenek terhadap kedua orang tua anak tersebut atau bisa disebabkan oleh anak tersebut mengingkatkan mereka akan anak mereka sewaktu kecil sehingga memunculkan memori emosional.
Dampak
Ketika ada aksi yang dilakukan pasti ada reaksi yang dihasilkan, itu hukumnya. Dan dengan dilakukannya "pembedaan" ini paling tidak merugikan anak dalam tiga cara menurut dari Dr. Kramer yaitu rasa harga diri anak yang kurang disukai semakin berkurang, mutu hubungan dengan saudaranya menurun begitu pula hubungannya dengan orang tuanya. Dan anak yang lebih disukai ini juga akan memiliki hubungan yang kurang baik dengan saudaranya yang lain.
Journal of Family Psychology (2014) menemukan bahwasannya anak yang bukan merupakan favorit orang tuanya bisa menunjukkan perilaku negatif sebagai efek dari kurangnya kasih sayang yang didapatkannya. Decades of research shows that when children deel that they're not being treated equally, they can be more vulnerable to depression and low self-esteem, as well as to getting into trouble. Just the perception of favoritism can make a negative impact on a child's behavior.
Dan dalam Journal of Gerontology: Social Sciences menemukan bahwa anak yang terlalu dekat dengan ibunya mempunyai risiko mengalami depresi lebih tinggi dibandingnya dengan saudara kandungnya yang lain.
Lambat laun pasti akan muncul persepsi "ada yang lebih disayang" didalam keluarga sendiri. In some cases, keadaan seperti ini bisa memunculkan polemik antar saudara (sibling rivalry) seperti yang diungkapkan oleh Dr. Barbara Howard and it lasts forever. Hal tersebut juga dikarenakan kita yang tidak dibiasakan terbuka terhadap perasaan kita satu sama lain dan tidak bisa leluasa membicarakan perihal ini (secara langsung) sehingga tak sedikit ada yang tenggelam didalam persepsinya sendiri. Yang satu sibuk merasa benar, yang satu sibuk mengoreksi yang mana yang benar. None of them could reach the point of happiness like they wanted and end up hurting each other.
At the end of the day
Awalnya kita akan memang merasa heran dan tidak adil tapi dengan berjalannya waktu kita akan perlahan menerima hal itu dan terbiasa. Kita akhirnya menyadari bahwa orang tua kita juga manusia yang bisa salah dan tidak sempurna, dan keadilan bukan kuasa kita sebagai manusia.
Andaikan memang ada kekeliruan, at least we take our lesson. Dan percayalah sedingin apapun orang tua kita, mereka sangatlah sayang cuman tidak hebat saja dalam mengekspresikannya. Semoga para orang tua akan lebih terbuka tentang ini dan membicarakannya dengan baik agar hubungan yang sehat baik antar anak dengan orang tua atau anak dengan sesama anak bisa terbangun dengan lebih baik lagi.
Dan punya anak favorit itu normal, orang tua tidak perlu malu mengakuinya (we back to the fact that favoritism isnt about who you loved the most but more about who you like to spend time with) karena anak-anaknya sudah bisa merasakan hal tersebut, hanya saja kita memilih memendamnya.
Menurut Dr. Bingham untuk favoritisme berbasis neurosis ini dapat dilakukan menggunakan strategi sederhana yaitu setiap orang tua agar dapat belajar bagaimana memiliki hubungan yang lebih sehat dan bahagia dengan diri mereka sendiri termasuk anak-anak mereka. Atau bisa mencoba beberapa cara seperti ini click here
Terima kasih sudah membaca tulisan ini. Aku tidak menggiring opini untuk membenci ketidaksetaraan perlakuan padahal orang tua sudah berusaha.
Seperti kutipan dari Dr. Kramer :
Parents and children very rarely talk about these issues explicity and that seems to be the biggest problem. Kids are making these judgment about what their parents are doing and why they're doing it whether it's fair or not, but they're not always communicating those perceptions to their parents.