MAKALAH TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL DAN SIKAP ANTI-SOSIAL kelas X SOSIOLOGI

by - November 05, 2015

Bab I
Pendahuluan

A.  Latar Belakang

Sebelum kita membahas tentang Perilaku menyimpang dan sikap Anti-Sosial, apakah ada yang tahu apa itu Perilaku menyimpang dan Sikap Anti-Sosial itu?

Kali ini saya akan menguraikan tentang Perilaku menyimpang dan Sikap Anti-Sosial. Sebelum itu, saya akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan Perilaku Menyimpang.
Dalam KBBI, perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat.

Setelah mengetahui tentang apa itu Perilaku menyimpang, dilanjutkan dengan Pengertian apa itu Sikap Anti-Sosial. Anti-sosial adalah sikap yang menunjukkan ketidakmampuan untuk beradaptasi.

Untuk lebih jelasnya, saya membuat makalah ini untuk dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan dapat memberi informasi yang lebih bagi pembaca sekalian.




B.  Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan Perilaku Menyimpang dan Sikap Anti-Sosial?
2.      Bagaimana Proses terjadinya perilaku menyimpang?
3.      Apa saja jenis-jenis Perilaku Meenyimpang?
4.      Apa saja bentuk upaya penanggulangan Perilaku Menyimpang?


C.  Tujuan Pembuatan Makalah

Perilaku Menyimpang dan Sikap Anti-Sosial dalam kehidupan sehari-hari dapat kita jumpai dengan mudah. Mungkin kita mengetahui ciri-ciri dari seseorang yang menderita Sikap Anti-Sosial dan sikap seseorang yang menyimpang. Namun, belum tentu kita tahu penyebabnya, jenis-jenisnya dan cara penganggulangannya. Oleh karena itu, untuk mempelajarinya lebih lanjut saya membuat makalah ini untuk dapat membantu  dan memberi informasi bagi pembaca.

Bab II
Pembahasan


1.      Definisi Perilaku Menyimpang dan Sikap Anti-Sosial

a.     Perilaku Menyimpang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat.

a)      Definisi Perilaku Menyimpang
Berikut ini beberapa Definisi dari para Ahli Sosiologi mengenai Perilaku Menyimpang :
1)      Menurut James Worker Van der Zaden.
Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
2)      Menurut Robert Muhamad Zaenal Lawang.
Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
3)      Menurut Paul Band Horton.
Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

b)     Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang
 Menurut Paul B. Horton perilaku menyimpang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)         Penyimpangan harus dapat didefinisikan.
Perilaku dikatakan menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.
2)         Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak.
Perilaku menyimpang tidak selamanya negatif, ada kalanya penyimpangan bisa diterima masyarakat, misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan merupakan penyimpangan sosial yang ditolak masyarakat.
3)         Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak.
Semua orang pernah melakukan perilaku menyimpang, akan tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan. Jadi secara umum, penyimpangan yang dilakukan setiap orang cenderung relatif. Bahkan orang yang telah melakukan penyimpangan mutlak lambat laun harus berkompromi dengan lingkungannya.
4)         Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal.
Budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.
5)         Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan.
Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakukan secara terbuka. Jadi norma-norma penghindaran merupakan bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga.
6)         Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan).
Penyimpangan sosial tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.



b.    Sikap Anti-Sosial

Anti-Sosial adalah sikap yang menunjukan ketidakmampuan untuk beradaptasi. Satu hal yang bersifat paradoksal dalam psikopatologi adalah bahwa beberapa orang yang mengalami sikap anti sosial secara intelektual adalah normal namun disegi lain memiliki kepribadian yang abnormal.
Kondisi paradoks ini sulit dijelaskan, hal tersebut diterima tanpa adanya pertanyaan selain cukup dipahami bahwa adanya disintegritasi dari penyebab dan intelektual yang menghasilkan gangguan mental.


a)      Ciri-ciri Sikap Anti-Sosial

Berdasarkan telaah yang tersebut diatas, Kepribadian anti-sosial setidaknya menunjukan 5 ciri kepribadian, yaitu:
1)      Ketidakmampuan belajar atau mengambil manfaat dari pengalaman
2)      Emosi bersifat Superficial, tidak alami
3)      Irresponsibility/ tidak bertanggung jawab
4)      Tidak memiliki hati nurani, tegaan
5)      Impulsiveness

Lebih jauh kepribadian anti-sosial seharusnya tidak dikaitkan dengan kategori diagnostik seperti retardasi mental, gangguan otak, Psikosis, atau situasi Maladjustment lainnya. Artinya saat kepribadian anti-sosial dijelaskan dalam istilah psikologis seperti itu, maka diagnosa tentang anti-sosial hanya dapat dilakukan bila kondisi-kondisi lain yang menyertai salah satu diagnostik tadi muncul didalamnya.
Pada dasarnya seorang yang memiliki kepribadian anti-sosial tidak mampuan untuk bersikap hangat dan membina relasi interpersonal yang baik. Pada saat pendapat atau sikap orang yang anti-sosial tidak diterima mereka dapat menjadi berbahaya dan mungkin akan melakukan kekerasan. Karena mereka tidak memiliki nurani, mereka mampu berperilaku ekstrim seperti agresif, brutal, atau tingkah laku lain yang menyakiti.


2.      Penyebab terjadinya Perilaku Menyimpang

Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation, maka sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1)      Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2)      Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu:
1)        Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
2)        Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Misalnya, seorang anak yang melakukan tindakan kejahatan setelah melihat tayangan rekonstruksi cara melakukan kejahatan atau membaca artikel yang memuat tentang tindakan kriminal. Demikian halnya karir penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang. Hal itu juga terjadi pada penjahat berdasi putih (white collar crime) yakni para koruptor kelas kakap yang merugikan uang negara bermilyar- milyar. Berawal dari kecurangan-kecurangan kecil semasa bekerja di kantor/mengelola uang negara, lama kelamaan makin berani dan menggunakan berbagai strategi yang sangat rapi dan tidak mengundang kecurigaan karena tertutup oleh penampilan sesaat.
3)        Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang. Misalnya jika setiap penguasa terhadap rakyat makin menindas maka lama-kelamaan rakyat akan berani memberontak untuk melawan kesewenangan tersebut. Pemberontakan bisa dilakukan secara terbuka maupun tertutup dengan melakukan penipuan-penipuan/pemalsuan data agar dapat mencapai tujuannya meskipun dengan cara yang tidak benar.

4)        Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
5)        Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang) menyebabkan anak secara tidak sengaja menganggap bahwa perilaku menyimpang tersebut sesuatu yang wajar. Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang, sehingga terjadi proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan menyimpang pada diri anak dan anak menganggap perilaku menyimpang merupakan sesuatu yang wajar/biasa dan boleh dilakukan.



3.      Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang

Bentuk-bentuk perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut:

a)      Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1)      Penyimpangan bersifat positif. Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif ter-hadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karir.
2)      Penyimpangan bersifat negatif. Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk. Bobot penyimpangan negatif didasarkan pada kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat istiadat pada umumnya dinilai lebih berat dari pada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun.
Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut:
1)      Penyimpangan primer (primary deviation). Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Seseorang yang melakukan penyimpangan primer masih diterima di masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang tersebut. Misalnya, siswa yang terlambat, pengemudi yang sesekali melanggar peraturan lalu lintas, dan orang yang terlambat membayar pajak.
2)      Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk, serta seseorang yang melakukan tindakan pemerkosaan. Tindakan penyimpangan tersebut cukup meresahkan masyarakat dan mereka biasanya di cap masyarakat sebagai “pencuri”, “pemabuk”, “penodong dan “pemerkosa”. Julukan itu makin melekat pada si pelaku setelah ia ditangkap polisi dan diganjar dengan hukuman.
b)     Bentuk penyimpangan berdasarkan pelakunya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:

1)      Penyimpangan individual (individual deviation).
Penyimpangan individual adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu kejahatan, seperti: mencuri, menodong, dan memeras.
Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut:
1)      Pembandel yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
2)      Pembangkang yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
3)      Pelanggar yaitu penyimpangan yang terjadi karena melanggar norma-norma umum yang berlaku dalam masyarakat.
4)      Perusuh atau penjahat yaitu penyimpangan yang terjadi karena mengabaikan norma-norma umum, sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
5)      Munafik yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak menepati janji, berkata bohong, mengkhianati kepercayaan, dan berlagak membela.
2)      Penyimpangan Kelompok
Penyimpangan kelompok adalah tindakan yang dilakukan oleh banyak orang atau perkumpulan orang yang menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan untuk mencapai suatu tujuan yang sama.
Misalnya Demo, unjuk rasa dan lain-lain.


4.      Upaya penanggulangan Perilaku Menyimpang

Dalam upaya penanggulangan perilaku menyimpang ini perlu dilakukan proses pengendalian sosial. Pengendalian sosial adalah suatu pengawasan kelompok yang bersifat mendidik, mengajak, dan memaksa warga masyarakat perilaku sesuai nilai dan norma.
Sifat-sifat pengendalian sosial ada dua, yaitu:
1)      Preventif
Tindakan pencegaha sebelum terjadi kemungkinan pelanggaran nilai dan norma.
2)      Represif
Tindakan pengendalian yang dilakukan dalam bentuk pemberian sanksi /hukuman.

Proses Pengendalian Sosial ada dua, yaitu:
1)      Persuasif
Pengendalian sosial tanpa kekerasan (Himbauan, saran, bimbingan)
2)      Koersif
Pengendalian sosial ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
a)      Kompulsi
Suatu kondisi individu menghasilkan suatu kepatuhan.
b)      Pervasi
Individu ditanamkan norma secara berangsur-angsur/berulang-ulang.


a.     Cara Pengendalian Sosial dan Fungsinya

1)     Pengendalian Sosial secara Formal
·         Pengendalian sosial melalui hukuman fisik
·         Pengendalian sosial melalui Lembaga Pendidikan
·         Pengendalian Sosial melalui ajaran Agama

2)     Pengendalian Sosial secara Informal
·         Desa-desu (Gosip)
·         Penculikan
·         Celaan
·         Ejekkan


Fungsi Pengendalian Sosial:
1.      Kepercayaan pada masyarakat terhadap norma
2.      Mengembangkan rasa Malu
3.      Mengembangkan rasa takut akan hukuman/sanksi jika berbuat salah


Bab III
Penutup
A.  Kesimpulan

Dari uraian diatas, kita semua dapat mengetahui tentang Perilaku Menyimpang dan Sikap Anti-Sosial, baik penyebabnya, jenis maupun cara menanganinya. Sikap Menyimpang dan Anti-Sosial bukan merupakan perilaku yang terpuji.
Mmemahami lebih lanjut tentang Perilaku menyimpang dan Sikap anti-Sosial bukanlah hal yang sulit untuk dipahami, karena pada umumnya perihal itu sangat mudah untuk kita temukan disekitar kita.

B.   Saran
Mempelajari tentang Perilaku Menyimpang dan Sikap Anti-Sosial bukanlah hal yang terlalu sulit untuk dipelajari. Dengan belajar bukan sekedar membaca dan mengetahui namun memahami secara rinci suatu permasalahan. Seseorang yang mengalami Sikap anti sosial dan menyimpang bukan harus dihindari dan dikucilkan. Sebagai sesama manusia yang hidup saling tolong menolong, kita harus dapat menjadi penolong orang lain. Kita harus dapat menjadi seseorang yang dapat memperbaiki sesuatu yang salah dan dapat membantu menanggulangi sikap Anti sosial dan menyimpang.


You May Also Like

1 comments

Notes ~

The more you love, the more you suffer (V. V. Gogh)

Report Abuse